Cara Menghadapi Lawan Bicara yang Selalu Merasa Paling Benar

Cara Menghadapi Lawan Bicara yang Selalu Merasa Paling Benar

Tidak semua orang memiliki kemampuan berdiskusi dengan baik. Kadang diskusi berubah menjadi adu argumen yang tak sehat karena terjadinya ketidak pahaman akan makna diskusi itu sendiri serta adanya tendensi untuk membuat orang lain menerima segala pendapatnya sendiri tanpa bantahan sama sekali dari lawan bicara. Sehingga strategi yang dia gunakan adalah tidak memberikan kesempatan lawan bicara untuk berbicara sehingga tidak akan ada bantahan yang akan di dengar olehnya.

Dalam sisi lain, orang yang ingin mendominasi pembicaraan dalam diskusi komunikasi sering kali disebabkan oleh beberapa hal:

  1. Adanya rasa takut dalam pikirannya bahwa dengan memberikan kesempatan orang lain bicara maka dia akan kehilangan kesempatan utuk menunjukkan dirinya menjadi jauh lebih pintar dari lawan bicaranya.
  2. Dia tak ingin menerima hal-hal baru dari lawan bicara, karena akan terasa merugikan dirinya sendiri. Sehingga dengan tidak memberikan kesempatan bagi lawan bicara maka hanya pendapatnyalah yang akan paling terasa sangat benar.
  3. Memiliki tujuan agar lawan bicara menyetujui segala apa yang disampaikan dengan jalan memaksa lawan bicara menyetujui apapun tanpa memberikan kesempatan menyanggah. Jika tidak setuju maka satu-satunya jalan adalah dengan menghardik lawan dengan menggunakan kalimat-kalimat yang merendahkan dan cendrung menganggap lawan kurang cerdas, kurang pintar, kurang pengetahuan, kurang pengalaman dan kalimat tuduhan-tuduhan negatif yang intinya lawan bicara tak pantas menolak pendapatnya.
  4. Memiliki latar belakang atau pengalaman hidup dimana orang seperti ini pernah mengalami direndahkan, dikucilkan, di bully, sering tak dihargai dan juga kurangnya kemampuan berkomunikasi dan berdiskusi sehingga tak mampu membaca keadaan psikologi para lawan bicara yang juga butuh mendapat kesempatan yang sama dalam menyampaikan argumentasinya.
  5. Tidak adanya kehawatiran di awal jika lawan bicara akan berhenti untuk menjadi lawan bicaranya lagi dikemudian hari.  Biasanya orang seperti ini akan sadar setelah semua orang yang pernah menjadi lawan bicaranya tak akan mau lagi berurusan dalam bentuk apapun dengannya.
  6. Memiliki rasa kecurigaan yang besar terhadap hampir semua orang terutama terhadap lawan bicara.
  7. Memiliki kebiasaan tidak mau mendengarkan penjelasan orang lain karena sudah cendrung berpikiran negatif sehingga sangat jarang pendapat orang lain menjadi perbandingan buat dirinya. Orang seperti ini akan sering tertinggal dalam perkembangan baru yang terjadi dalam sebuah komunitas karena sangat jarang orang ingin berbagi kepadanya akibat yang bersangkutan susah menjadi pendengar yang baik dan banyak orang akan memilih untuk menghindar agar tak perlu bersitegang dengan orang seperti ini.
  8. Sangat butuh validasi dari orang lain. Apapun akan dilakukan hingga validasi terbut dapat dia terima dari lawan bicara. Biasanya untuk beberapa kejadian, lawan bicara akan memberikan validasi seperti apa yang dia inginkan untuk mempermudah dan mempercepat selesainya diskusi-diskusi yang sarat akan kemungkinan menjadi ajang argumentasi yang berkepanjangan.

Menghadapi orang seperti ini memerlukan strategi khusus agar komunikasi tetap efektif tanpa memperburuk situasi. Berikut beberapa cara bijak untuk menghadapinya:

1. Tetap Tenang dan Kendalikan Emosi

Saat menghadapi orang yang keras kepala, hal pertama yang perlu dilakukan adalah menjaga ketenangan. Merespons dengan emosi hanya akan memperburuk situasi. Tarik napas dalam, dengarkan dengan sabar, dan jangan terpancing untuk ikut berbicara dengan nada tinggi atau emosional.

2. Dengarkan dengan Sabar dan Perhatikan Pola Komunikasinya

Meskipun lawan bicara tidak memberi kesempatan untuk menyela, cobalah untuk mendengarkan dengan cermat. Perhatikan pola komunikasinya, apakah dia sering mengulangi poin yang sama, menggunakan argumen emosional, atau hanya ingin diakui. Ini bisa menjadi dasar untuk menentukan strategi dalam meresponsnya.

3. Gunakan Pertanyaan untuk Menarik Perhatiannya

Salah satu cara untuk mendapatkan giliran berbicara adalah dengan mengajukan pertanyaan yang membuat lawan bicara berpikir. Misalnya:

  • “Bagaimana jika ada perspektif lain yang juga relevan?”
  • “Apakah Anda mempertimbangkan kemungkinan bahwa ada sudut pandang lain?”

Pertanyaan semacam ini dapat memancing refleksi dan membuka peluang bagi Anda untuk masuk ke dalam pembicaraan.

4. Gunakan Fakta dan Logika, Bukan Emosi

Saat berdebat dengan orang yang keras kepala, gunakan argumen yang berbasis data dan fakta. Hindari membalas dengan emosi atau opini subjektif. Fakta yang kuat dan logika yang jelas akan lebih sulit dibantah dibandingkan pendapat pribadi.

5. Tetapkan Batasan dalam Diskusi

Jika lawan bicara terus mendominasi tanpa memberi ruang untuk klarifikasi, Anda bisa dengan sopan tetapi tegas mengatakan:

  • “Saya ingin menyampaikan sudut pandang saya juga, apakah Anda bersedia mendengarkan sebentar?”
  • “Saya menghargai pendapat Anda, tetapi mohon beri saya kesempatan untuk menjelaskan posisi saya.”

Dengan menetapkan batasan, Anda menunjukkan bahwa komunikasi yang sehat harus berjalan dua arah.

6. Hindari Memaksakan Pendapat dan Pilih Waktu yang Tepat

Jika lawan bicara tetap bersikeras, jangan buang energi dengan mencoba memaksakan pendapat. Dalam beberapa situasi, lebih baik mengakhiri diskusi dengan elegan, misalnya dengan mengatakan:

  • “Kita tampaknya memiliki pandangan yang berbeda, dan itu tidak masalah.”
  • “Mungkin kita bisa membahas ini lagi di lain waktu.”

7. Gunakan Humor atau Alihkan Pembicaraan

Jika suasana mulai memanas, sedikit humor bisa membantu meredakan ketegangan. Selain itu, mengalihkan pembicaraan ke topik lain yang lebih ringan juga bisa menjadi cara untuk menghindari konfrontasi yang tidak produktif.

Kesimpulan

Menghadapi lawan bicara yang selalu ingin menang bukanlah hal yang mudah, tetapi dengan strategi yang tepat, Anda bisa menjaga komunikasi tetap efektif tanpa harus terjebak dalam konflik yang tidak perlu. Kuncinya adalah tetap tenang, mendengarkan dengan sabar, menggunakan pertanyaan cerdas, serta mengandalkan fakta dan logika dalam berdebat. Jika situasi tidak memungkinkan, lebih baik mengakhiri diskusi dengan bijak daripada memaksakan pendapat yang tidak akan diterima. Dan faktanya tidak banyak yang mampu meghadapi orang semacam ini dengan sabar dan bijak sebab setiap orang memiliki batas ambang kesabaran kadang di titik tertentu sang lawan bicara justru akan melakukan reaksi yang berujung pada argumen yang tak sehat bahkan memungkinkan adanya perkelahian juga. (TTR190225)

Tira Triyana
Author: Tira Triyana

A Balinese woman who is active in her daily life as a consultant & activist, also active in the PDI Perjuangan and leads several youth organizations, Women's Organizations and Children's Observers including Observers of the Disabled. Perempuan Bali yang kesehariannya adalah sebagai aktivis Pergerakan dan juga aktif di salah satu Partai Politik yaitu PDI Perjuangan dan memimpin beberapa organisasi kepemudaan, Organisasi Perempuan dan Pemerhati Anak-anak termasuk Pemerhati kaum Difabel.

Beri Komentar:

Related Posts

Picture of Tira Triyana

Tira Triyana

A Balinese woman who is active in her daily life as a consultant & activist, also active in the PDI Perjuangan and leads several youth organizations, Women's Organizations and Children's Observers including Observers of the Disabled. Perempuan Bali yang kesehariannya adalah sebagai aktivis Pergerakan dan juga aktif di salah satu Partai Politik yaitu PDI Perjuangan dan memimpin beberapa organisasi kepemudaan, Organisasi Perempuan dan Pemerhati Anak-anak termasuk Pemerhati kaum Difabel.

Recent Posts