Tren #kaburajadulu: menjadi Tren baru bagi Gen Z untuk pergi dari Indonesia?

#KaburAjaDulu: tren baru bagi Gen Z untuk pergi dari Indonesia?

Tagar #KaburAjaDulu kini ramai diperbincangkan di media sosial, mencerminkan keinginan generasi muda Indonesia, khususnya Gen Z, untuk mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri. Fenomena ini bukan sekadar tren spontan, tetapi berakar pada berbagai faktor ekonomi, sosial, dan politik yang menyebabkan ketidakpastian masa depan di dalam negeri.

Mengapa Gen Z Memilih “Kabur”?

Menurut beberapa ahli, ada faktor pendorong (push factors) dan penarik (pull factors) yang memicu keputusan ini:

  1. Ketidakpastian Ekonomi dan Karier
    Banyak anak muda merasa sulit mendapatkan pekerjaan yang layak di Indonesia. Gaji rendah, minimnya peluang karier, dan biaya hidup yang semakin tinggi membuat mereka mempertimbangkan bekerja atau belajar di luar negeri.

  2. Kualitas Hidup yang Kurang Memadai
    Jakarta, sebagai pusat ekonomi, menempati peringkat ke-139 dari 173 kota di dunia dalam Global Livability Index, menunjukkan bahwa aspek transportasi, pendidikan, dan kesehatan masih tertinggal.

  3. Kesempatan Lebih Baik di Luar Negeri
    Banyak negara kini membuka peluang bagi tenaga kerja asing. Misalnya, Selandia Baru menawarkan insentif hingga Rp 2,3 miliar bagi pekerja asing, sementara Irlandia dan Portugal juga memberikan berbagai bantuan finansial bagi pendatang.

  4. Perasaan Tidak Aman dan Minimnya Kepercayaan pada Pemerintah
    Beberapa anak muda merasa sistem di Indonesia tidak berpihak kepada mereka. Mulai dari kebijakan ketenagakerjaan, korupsi, hingga kesenjangan sosial yang semakin terlihat.

Untuk Kabur ke Luar Negeri memerlukan informasi yang akurat, boleh saja kita kabur namun diperlukan kemahiran dalam menemukan peluang-peluang kerja di negara-negara yang dituju. Tahun 2025 menawarkan peluang bagi pekerja kantoran Indonesia di berbagai negara. Negara-negara maju masih membutuhkan tenaga kerja terampil di berbagai sektor. Namun, persaingan tetap ketat, membutuhkan persiapan yang matang. Beberapa negara yang berpotensi menjadi tujuan ideal antara lain:

  • Singapura: Pusat ekonomi Asia Tenggara, Singapura menawarkan berbagai peluang di sektor keuangan, teknologi, dan pariwisata. Namun, persaingan tinggi dan biaya hidup yang mahal perlu dipertimbangkan.
  • Malaysia: Negara tetangga ini relatif mudah diakses dan menawarkan peluang di berbagai sektor, termasuk teknologi dan manufaktur. Namun, persaingan juga cukup ketat.
  • Australia: Negara ini dikenal dengan standar hidup yang tinggi dan peluang kerja di sektor pertambangan, teknologi, dan kesehatan. Namun, persyaratan imigrasi dan visa kerja cukup ketat.
  • Kanada: Kanada menawarkan program imigrasi yang relatif lebih mudah diakses dibandingkan negara-negara lain, dengan peluang kerja di berbagai sektor. Namun, kondisi cuaca yang dingin perlu dipertimbangkan.
  • Amerika Serikat: Negara ini menawarkan peluang kerja yang sangat beragam, terutama di sektor teknologi dan keuangan. Namun, persyaratan visa dan imigrasi sangat ketat dan persaingan sangat tinggi.

Dampak Jangka Panjang bagi Indonesia

Tren #KaburAjaDulu bisa berdampak besar bagi Indonesia, baik positif maupun negatif:

  1. Brain Drain (Kehilangan Talenta Muda)
    Jika banyak tenaga kerja muda dan profesional berbakat pergi, sektor teknologi, kesehatan, dan startup di Indonesia bisa mengalami kekurangan SDM.

  2. Peningkatan Remitansi (Kirim Uang dari Luar Negeri)
    Jika mereka bekerja di luar negeri dan tetap mengirim uang ke keluarga di Indonesia, ekonomi lokal bisa mendapat manfaat, seperti yang terjadi di Filipina.

  3. Menurunnya Daya Beli dan Konsumsi Domestik
    Semakin banyak anak muda yang meninggalkan Indonesia, maka pasar properti, ritel, dan sektor hiburan bisa melemah karena berkurangnya penduduk usia produktif.

Apakah “Kabur” Solusi Tepat?

Di Bali contohnya, mereka memilih untuk bekerja di berbagai sektor di berbagai negara, sekalipun Bali merupakan daerah pariwisata namun dirasa tidak memenuhi kebutuhan untuk keluarga, sebab hidup di Bali juga memerlukan biaya yang tinggi untuk mampu bersaing dengan yang lain. Jika mereka pasrah dengan pilihan yang ada di Bali maka hidup mereka hanya biasa-biasa saja hanya sekedar hidup dan bertahan. Meski meninggalkan Indonesia bisa menjadi solusi bagi beberapa orang, banyak pakar menekankan pentingnya persiapan matang sebelum memutuskan pergi. Selain itu, tekanan dari tren ini juga bisa mendorong pemerintah untuk memperbaiki kebijakan ekonomi, pendidikan, dan ketenagakerjaan agar generasi muda tidak merasa harus pergi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.Tantangan Bekerja dan Berimigrasi di Luar Negeri

Tantangan Bekerja dan Berimigrasi di Luar Negeri

Meskipun peluangnya besar, bekerja dan berimigrasi ke luar negeri juga dihadapkan berbagai tantangan. Anda yang tertarik mengadu nasib pindah ke luar negeri, harus menyimak beberapa tantangan yang perlu dipertimbangkan sebagai berikut:
  • Persyaratan Visa dan Izin Kerja: Proses perolehan visa dan izin kerja bisa rumit dan memakan waktu lama. Persyaratannya juga berbeda-beda di setiap negara.
  • Biaya Hidup yang Tinggi: Biaya hidup di negara maju cenderung lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Perlu perencanaan keuangan yang matang agar dapat bertahan hidup.
  • Budaya Kerja yang Berbeda: Setiap negara memiliki budaya kerja yang berbeda. Penting untuk beradaptasi dan memahami budaya kerja setempat agar dapat bekerja secara efektif.
  • Hambatan Bahasa: Kemampuan berbahasa asing, terutama bahasa Inggris, sangat penting untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan rekan kerja dan klien.
  • Kesehatan dan Asuransi: Memastikan memiliki asuransi kesehatan yang memadai sangat penting untuk menjaga kesehatan selama berada di luar negeri.

Fenomena #KaburAjaDulu bukan hanya sekadar tren media sosial, tetapi refleksi dari harapan dan kegelisahan generasi muda Indonesia. Bagaimana menurutmu? Apakah kamu juga mempertimbangkan untuk “kabur” atau tetap bertahan dan berjuang di dalam negeri?

Tira Triyana
Author: Tira Triyana

A Balinese woman who is active in her daily life as a consultant & activist, also active in the PDI Perjuangan and leads several youth organizations, Women's Organizations and Children's Observers including Observers of the Disabled. Perempuan Bali yang kesehariannya adalah sebagai aktivis Pergerakan dan juga aktif di salah satu Partai Politik yaitu PDI Perjuangan dan memimpin beberapa organisasi kepemudaan, Organisasi Perempuan dan Pemerhati Anak-anak termasuk Pemerhati kaum Difabel.

Beri Komentar:

Related Posts

Picture of Tira Triyana

Tira Triyana

A Balinese woman who is active in her daily life as a consultant & activist, also active in the PDI Perjuangan and leads several youth organizations, Women's Organizations and Children's Observers including Observers of the Disabled. Perempuan Bali yang kesehariannya adalah sebagai aktivis Pergerakan dan juga aktif di salah satu Partai Politik yaitu PDI Perjuangan dan memimpin beberapa organisasi kepemudaan, Organisasi Perempuan dan Pemerhati Anak-anak termasuk Pemerhati kaum Difabel.

Recent Posts